Diakui oleh Shivan, Founder ecorasa, bahwa perjalanan yang dilalui untuk memasarkan kemasan plastik mudah terurai ini tidaklah mudah. Selain karena teknologinya yang relatif baru di Indonesia, kurangnya literasi hijau di masyarakat juga memberikan tantangan tersendiri. Tidak sedikit pihak yang sempat meragukan klaim plastik kemasan mudah terurai berteknologi Oxium (oxo-biodegradable plastic) ini. “Tantangannya memang ada pada edukasi masyarakat. Harus pelan-pelan dan konsisten untuk bisa membangun literasi hijau yang benar dan holistik di masyarakat.” Ecorasa selalu menjaga agar klaim yang dikeluarkan selalu sesuai standar yang diterapkan di Indonesia. Baik itu standar produk kemasannya yang aman untuk kontak dengan makanan, pun klaim teknologi plastik mudah terurai yang telah teruji secara dengan standar Internasional, mendapat ekolabel, bahkan paten baik itu paten Indonesia, Singapura, hingga Amerika Serikat.
Tantangan lain juga terletak pada kesiapan pasar dalam menyerap produk-produk ramah lingkungan yang masih belum begitu besar kala itu. Seringkali dijumpai oleh ecorasa cerita pembeli yang ingin beralih ke kemasan ramah lingkungan namun belum berani dikarenakan ganjalan jumlah minimum pemesanan yang terlalu besar, atau dikarenakan harus mencoba produknya terlebih dahulu terkait dengan fungsionalitas produk dengan karakter makanan yang dikemas. Berbeda dengan masa kini, kamu sudah bisa mencoba sample kemasan ecorasa gratis melalui halaman situs berikut.
Meskipun begitu, ecorasa layak berbangga karena jerih payah mereka melalui program #HijaukanKemasan membuahkan hasil yang patut diucapkan syukur, yaitu berhasil menggantikan 10 juta pemakaian plastik kemasan konvensional ke kemasan plastik ramah lingkungan. Diawali dari hanya 2 – 3 pelanggan di area Jakarta saja, kini produknya sudah digunakan oleh lebih dari 1500 pelanggan di hampir lebih dari 50 kota di seluruh Indonesia. “Tentu ini tidak akan berhasil tanpa peran tim yang sangat semangat #HijaukanKemasan, dan pada fase ini, sangat bersyukur tidak hanya digunakan oleh jaringan catering global dan hotel berbintang, tapi juga bisnis rumahan dan UMKM. Dari pecel lele rumahan sampai katering bintang lima,” lanjut Shivan.
Antusiasme pelanggan ecorasa yang juga turut mempromosikan, mengenalkan, bahkan mengedukasi masyarakat melalui media sosial masing-masing dengan kampanye #HijaukanKemasan diakui Shivan menjadi kejutan tersendiri bagi ia dan timnya, “Saya tidak menyangka apresiasi konsumen terhadap kemasan ramah lingkungan ini begitu besar dan mereka melihat ecorasa tidak hanya sebatas supplier, tapi juga partner untuk bersama-sama kita jaga lingkungan kita. Hal-hal ini juga lah yang mampu menjadi ‘bensin’ untuk kami agar terus memberikan yang terbaik untuk konsumen dan tentu untuk Indonesia”.
Sukses dengan #HijaukanKemasan dan berbagai pencapaian yang diraih selama dua tahun ini tidak membuat ecorasa lantas berpuas diri. “Ecorasa tentu akan terus berinovasi dan mengembangkan, juga menghadirkan solusi-solusi kemasan ramah lingkungan yang bisa tetap diserap oleh konsumen dan masyarakat. Karena kami menyadari, produk kami juga pasti masih ada kelebihan dan kekurangannya. Dan tentu produk yang berhasil dan bermanfaat adalah produk yang bisa diserap oleh pasar,” lanjut Shivan ketika ditanya mengenai fokus ecorasa di tahun-tahun ke depan.
Selain terus mengembangkan produk yang lebih ramah lingkungan, berdaya guna tinggi, dan mampu diserap pasar, ecorasa juga berkomitmen untuk terus meningkatkan pelayanan kepada konsumen-konsumennya dengan terus mendengar dan mengamati kebutuhan pelanggan. “Karena fokus ecorasa selain menjaga kelestarian lingkungan namun juga menjawab keresahan masyarakat atas berbagai permasalahan yang ditimbulkan oleh kemasan konvensional,” tutup Shivan.
2 tahun #HijaukanKemasan, dan masih terus mengajak kamu untuk berkolaborasi. Karena alam sangat banyak memberikan manfaat, saatnya kita berbuat baik juga terhadap alam.